Konsep Akuntansi Manajemen Modern
Konsep Akuntansi Manajemen Modern
Daftar Isi
Konsep Akuntansi Manajemen Modern Just-In-Time Processing dan Activity Based Costing timbul akibat perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat. Berikut akan dijelaskan secara ringkas kedua konsep tersebut. selamat membaca…
Perkembangan teknologi informatika yang cepat juga mempengaruhi perkembangan akuntansi manajemen, yaitu timbulnya konsep just in time system dan activity based costing. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas keduanya.
JUST-IN-TIME PROCESSING
Proses produksi secara kontinu didasarkan pada asumsi pemikiran “andaikata”. Persediaan bahan baku diadakan dengan anggapan andaikata ada beberapa jenis bahan yang jelek kualitasnya atau andaikata pemasok utamanya tidak dapat memasok secara kontinu. Beberapa suku cadang mesin dibeli dan disimpan andaikata nanti diperlukan dalam proses produksi. Persediaan barang jadi diadakan dan disimpan andaikata ada permintaan mendadak dari para pelanggan. Pemikiran ini menimbulkan “push approach” Bahan baku dan suku cadang didorong melalui setiap proses. Pengolahan secara tradisional sering menimbulkan penumpukan persediaan yang menumpuk. Sebagai akibatnya perusahaan memerlukan gudang, dana, kerusakan barang yang berakhir dengan meningkatnya biaya.
Baca Juga: Pencatatan Transaksi Dalam Akuntansi
Untuk mengatasi hal ini banyak perusahaan mengubah proses produksinya dari “push approach” ke “pull approach” atau yang lebih dikenal dengan just-in-time (JIT) processing. Pada intinya dalam sistem produksi JIT adalah menghasilkan produk yang tepat pada waktu yang tepat. Pada sistem JIT bahan baku diterima tepat pada saat akan diproses, dan produk jadi selesai tepat pada saat barang tersebut terjual. Demikian perusahaan tidak perlu menyimpan bahan baku ataupun produk jadi.
Tujuan utama dari sistem JIT adalah mengurangi sampai dengan nol seluruh persediaan. Persediaan dipandang berpengaruh jelek terhadap laba bersih, sebab persediaan memerlukan dana dan tempat penyimpan (gudang) yang biayanya tidak sedikit. Dengan menerapkan sistem JIT ini,maka dana dan tempat yang ada dapat digunakan untuk tujuan produktif yang lain.
Sistem JIT yang diterapkan untuk menghilangkan persediaan dengan cara memakai proses produksi “pull approach”. Pull approach atau metode tarik ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Misalnya suatu pengolahan terdiri atas tiga tahap,
- Departemen Awal,
- Departemen Tengah, dan
- Departemen Akhir.
Kalau dalam sistem dorong (push approach) proses produksi dimulai dari Departemen awal, hasilnya kemudian ditransfer (didorong) ke Departemen Tengah, dan hasil dari Departemen Tengah ini kemudian didorong ke Departemen Akhir. Akhirnya setelah selesai di Departemen Akhir dikirim ke gudang barang jadi. Dalam sistem tarik atau pull approach proses produksi dilakukan dengan cara sebaliknya. Departemen Akhir memperoleh pesanan barang dalam jumlah dan spesifikasi tertentu. Departemen ini kemudian memberi tahu kepada Departemen Tengah untuk memproduksi barang tertentu dalam jumlah dan dengan spesifikasi tertentu. Departemen Tengah kemudian juga memberitahukan ke Departemen Awal untuk memproduksi barang tertentu dengan jumlah dan spesifikasi tertentu. Departemen Awal kemudian meminta bagian pembelian untuk membeli barang dan suku cadang yang diperlukan dengan jumlah dan spesifikasi tertentu. Ketika bahan baku dan sukucadang tiba langsung diproses Departemen Awal dan begitu selesai dikirim ke Departemen Tengah, lalu ke Departemen Akhir dan begitu selesai dari Departemen Akhir langsung dikirim pe pemesan. Proses ini dilakukan secara kontinu, sehingga tidak terjadi penumpukan persediaan.
Unsur-unsur JIT
Dalam penerapan JIT ada tiga elemen yang harus dipertimbangkan:
- Perusahaan harus memiliki pemasok yang andal. Pemasok harus mau mengirim bahan baku segera dalam waktu pendek setelah diberi tahu, dalam jumlah dan kualitas yang sama sesuai permintaan, biarpun dalam satu hari harus melakukan beberapa pengiriman. Pemasok juga harus mau mengirimkan barang ke berbagai departemen, tidak bagian penerimaan sentral. Pembelian seperti ini memerlukan komunikasi yang konstan dan langsung. Komunikasi seperti ini dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan komputer antara perusahaan dengan pemasok.
- Karyawan memiliki aneka keahlian. Dalam JIT, mesin-mesin dikelompokkan secara strategis di sekitar stasiun kerja atau sel-sel kerja. Sebagian besar pekerjaan dilakukan secara otomatis. Sebagai akibatnya seorang karyawan harus bertanggung jawab untuk menjalankan dan memelihara beberapa tipe mesin yang berbeda.
- Sistem pengendalian kualitas total (Total Quality Control) harus diberlakukan pada seluruh kegiatan produksi. TQR berarti tidak ada produk yang cacat ataupun rusak, karena kalau terdapat produk cacat atau rusak akan mengakibatkan stasiun kerja berikutnya akan tutup. TQC menghendaki monitoring secara terus menerus baik oleh karyawan ataupun oleh mandor produksi pada setiap stasiun kerja.
Manfaat Sistem JIT
Manfaat utama dari JIT dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
- Jumlah persediaan produksi akan dapat diturunkan secara signifikan atau dapat dihilangkan sama sekali.
- Kualitas produk akan meningkat.
- Biaya perbaikan dan biaya gudang akan turun atau hilang.
- Penghematan biaya produksi dapat dilakukan melalui perbaikan aliran barang selama proses produksi.
Salah satu manfaat sistem JIT adalah penghapusan akun persediaan bahan baku dan barang dalam proses. Untuk mengganti kedua akun ini dibuat satu akun yaitu Persediaan Bahan Baku dan Barang Dalam Proses. Seluruh bahan baku dan biaya konversi dibebankan pada akun ini. Karena adanya pengurangan atau peniadaan persediaan barang dalam proses, maka penghitungan unit setara produksi menjadi sederhana.
Baca Juga: Laporan Akuntansi Untuk Pemula
Di Amerika Serikat sistem JIT pertama kali dipakai pada awal tahun 1980-an di perusahaan mobil. Sekarang telah dipakai secara berhasil di banyak perusahaan termasuk General Electric, Cartepilar, dan Harley- Davidson. Pengaruhnya amat dramatis. Sebagai contoh, setelah menerapkan sistem JIT perusahaan Hewlett-Packard jumlah persediaan dalam proses dalam dollar turun 82 persen, biaya perbaikan produk catat turun 30 persen, pemanfaat ruang turun 40 persen, dan efisiensi tenaga kerja meningkat 50 persen. Dengan demikian sistem JIT tidak hanya menurunkan jumlah persediaan, tetapi juga memungkinkan perusahaan mengolah produknya lebih cepat dan lebih hemat.
ACTIVITY-BASED COSTING
Activity Based Costing (ABC) merupakan perkembangan baru dalam sistem akuntansi biaya. ABC menekankan pada aktivitas yang dijalankan dalam proses produksi. Sistem ini mirip dengan sistem akuntansi biaya konvensional dalam akuntansi bahan dan biaya tenaga kerja, tetapi berbeda dalam memperlakukan biaya overhead pabrik.
Dalam sistem biaya konvensional, untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik digunakan dasar level-unit tunggal. Dasar atau basis ini dapat berupa biaya tenaga kerja atau jam mesin yang dipakai untuk membuat produk. Asumsi yang digunakan adalah bahwa bilamana volume produksi yang dihasilkan meningkat, maka biaya overhead pabrik juga akan meningkat. Namun dewasa ini, jumlah biaya tenaga kerja yang digunakan dalam berbagai industri berkurang banyak, dan jumlah biaya overhead pabrik sehubungan dengan depresiasi perabot dan mesin, reparasi, fasilitas (listrik, air dan telepon) meningkat secara pesat.
Dalam sistem ABC biaya produksi sama dengan jumlah seluruh biaya yang timbul akibat aktivitas yang dilakukan untuk membuat produk tersebut. Sistem ini menganggap bahwa kalau ingin menghasilkan biaya yang akurat dan bermanfaat harus menggunakan lebih dari satu dasar untuk mengalokasikan biaya aktivitas ke produk tertentu. Pemilihan dasar alokasi dengan mempertimbangkan aktivitas yang menimbulkan biaya yang disebut dengan cost driver (pemicu biaya). Pemicu biaya dapat berupa faktor atau aktivitas apa saja yang berhubungan langsung dengan penggunaan sumber daya. Berikut adalah beberapa jenis aktivitas dan pemacu biayanya.
Aktivitas | Pemacu Biaya |
Pemesanan bahan baku | Waktu pemesanan, jumlah pesanan |
Penerimaan bahan baku | Waktu penerimaan, jumlah pengiriman |
Pengurusan bahan baku | Jumlah permintaan, berat bahan baku, waktu pengurusan |
Skedul produksi | Jumlah perintah produksi |
Penyiapan mesin | Waktu penyiapan, jumlah penyiapan mesin |
Inspeksi pengendalian mutu | Jumlah pemeriksaan |
Supervisor pabrik | Jumlah karyawan |
Dua anggapan penting yang harus dipenuhi agar dapat diperoleh informasi biaya produksi yang akurat dalam sistem ABC:
- Seluruh biaya overhead yang terkait dengan aktivitas harus dipengaruhi oleh pemicu biaya yang digunakan untuk membebankan biaya tersebut ke produk.
- Seluruh biaya overhead yang terkait dengan aktivitas harus merespon secara proporsional dengan perubahan level aktivitas dari pemicu biaya.
Bilamana, hanya ada sedikit atau tidak ada korelasi antara perubahan pemicu biaya dengan konsumsi sumber daya biaya overhead, maka tidak akan dapat dihasilkan biaya produksi yang akurat. Sistem ABC dapat diterapkan pada sistem biaya pesanan ataupun sistem biaya proses. Manfaat utama dari sistem ABC adalah dapat memberikan informasi biaya produksi yang lebih akurat dan lebih bermanfaat. Data biaya yang lebih baik dapat mengarah ke pengurangan biaya untuk aktivitas tertentu. Sistem ini membuat para manajer menyadari bahwa aktivitas bukan produk yang dapat menentukan laba perusahaan, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang lebih baik.
Contoh
Misalkan PT Aroma membuat dua macam produk yaitu Produk Beta dan Produk Gamma. Volume produksi setiap tahun untuk produk Beta 25.000 unit dan produk Gamma hanya 5.000 unit. Setiap produk memerlukan penyelesaian satu jam tenaga kerja langsung. Oleh sebab itu jumlah jam tenaga kerja langsung setahun 30.000 jam (25.000 + 5.000). Diperkirakan taksiran biaya overhead pabrik Rp900 juta, sehingga tarif biaya overhead pabrik Rp30.000,00 per jam tenaga kerja langsung (Rp900.000.000,00 : 30.000,00 jam).
Bahan baku langsung per unit untuk Produk Beta Rp40.000,00 dan untuk Produk Gamma Rp30.000,00 sedangkan untuk biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing produk Rp12.000,00 per unit.
Biaya produksi per unit pada sistem biaya tradisional
Produk Beta | Produk Gamma | |
Biaya Produksi: | ||
Bahan Baku Langsung | Rp4 0.000,00 | Rp 30.000,00 |
Tenaga Kerja Langsung | 12.000,00 | 12.000,00 |
Overhead * | 30.000,00 | 30.000,00 |
Total Biaya Per Unit | Rp 82.000,00 | Rp 72.000,00 |
Penentuan Tarif Overhead dengan Sistem ABC
Suatu analisis mengungkapkan bahwa biaya overhead tahunan sebesar Rp900 juta dari PT Aroma berhubungan dengan tiga aktivitas:
- persiapan
- pengolahan dengan mesin, dan
- inspeksi.
Pemica biaya dan tarif overhead untuk setiap aktivitas adalah sebagai berikut:
Aktivitas | Pemicu Biaya | Estimasi Biaya Overhead (ribuan) | Estimasi Pemakaian Pemicu Biaya (ribuan) | Tarif Overhead berdasar aktivitas (ribuan) |
Persiapan | Jumlah Persiapan | Rp300.000 | 1.500 | Rp200 per persiapan |
Pengolahan | Jam mesin | 500.000 | 50.000 | Rp10 per jam mesin |
Inspeksi | Jumlah inspeksi | 100.000 | 2.000 | Rp 50 per inspeksi |
Pembebanan Biaya Overhead ke Produk dengan Sistem ABC
Di dalam membebankan biaya, kita perlu mengetahui jumlah pemakaian pemicu biaya untuk setiap produk. Karena volumenya rendah, Produk Gamma memerlukan lebih banyak persiapan dan inspeksi dibandingkan produk Beta. Perkiraan jumlah pemicu biaya untuk setiap produk adalah sebagai berikut:
Pemicu Biaya | Produk Beta | Produk Gamma | Jumlah Pemakaian |
Jumlah persiapan mesin | 500 | 1.000 | 1.500 |
Jam mesin | 30.000 | 20.000 | 50.000 |
Jumlah inspeksi | 500 | 1.500 | 2.000 |
Dengan menggunakan data di atas, kita dapat membebankan estimasi overhead tahunan ke setiap produk sebagai berikut:
Aktivitas (000) | Jumlah (Beta) | Biaya Beta (000) | Jumlah (Gamma) | Biaya Gamma (000) | Total Biaya (000) |
Persiapan Mesin (Rp200) | 500 | Rp100.000,00 | 1000 | Rp200.000,00 | Rp300.000,00 |
Pengolahan (Rp10) | 30.000 | 300.000,00 | 20.000 | 200.000,00 | 500.000,00 |
Inspeksi (Rp50) | 500 | 25.000,00 | 1.500 | 75.000,00 | 100.000,00 |
Total overhead yang dibebankan (a) | Rp425.000,00 | Rp475.000,00 | Rp900.000,00 | ||
Unit yang dihasilkan (b) | 25.000 | 5.000,00 | |||
Biaya overhead per unit (a):(b) | Rp 17,00 | Rp 95,00 |
Data di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan sistem ABC pembebanan biaya overhead bergeser dari produk yang volumenya tinggi (Beta) dan produk yang volumenya rendah (Gamma). Pergeseran ini menghasilkan biaya produksi yang lebih akurat karena dua sebab:
- Proses produksi dengan volume rendah sering kali menghendaki penangan khusus daripada proses produksi dengan volume tinggi, misal persiapan mesin dan inspeksi produknya lebih sering. Dengan demikian produk dengan volume rendah lebih banyak menyerap biaya overhead per unitnya.
- Biaya overhead yang terjadi pada produk yang volumenya rendah tidak proporsional sebagaimana dasar alokasi secara tradisional. Sebagai contoh, jam tenaga kerja langsung biasanya merupakan pemicu biaya yang jelek untuk membebankan biaya overhead ke produk yang volumenya rendah. Bila metode ABC diterapkan dengan tepat, maka biasanya akan meningkat biaya per unit untuk produk yang volumenya rendah.
Perbandingan Biaya Per Unit
Perbandingan biaya produksi per unit antara metode ABC dengan metode tradisional akan menunjukkan perbedaan sebagai berikut:
Biaya Produksi | Beta Tradisional | Beta ABC | Gamma Tradisinal | Beta ABC |
Bahan baku | Rp40.000,00 | Rp40.000,00 | Rp30.000,00 | Rp30.000,00 |
Tenaga Kerja Langsung | 12.000,00 | 12.000,00 | 12.000,00 | 12.000,00 |
Overhead Pabrik | 30.000,00 | 17.000,00 | 30.000,00 | 95.000,00 |
Biaya per unit | Rp82.000,00 | Rp69.000,00 | Rp72.000,00 | Rp137.000,00 |
Perbandingan di atas menunjukkan bahwa biaya per unit berdasarkan metode tradisional telah berubah secara signifikan. Biaya produksi Beta menjadi terlalu besar dengan Rp13.000,00 per unit (Rp82.000,00– Rp69.000,00) dan produk Gamma menjadi terlalu kecil dengan Rp65.000 per unit (Rp137.000,00–Rp72.000,00). Perbedaan ini timbul karena cara mengalokasi biaya overhead yang berbeda. Sebagai akibat dari hal ini perusahaan menetapkan harga terlalu tinggi untuk produk Beta yang dapat mengakibatkan menurunnya pangsa pasar untuk produk Beta tersebut. Di lain pihak, perusahaan menetapkan harga terlalu rendah untuk produk Gamma dan akan mengorbankan keuntungan yang ada.
Dengan memakai contoh di atas, langkah-langkah penerapan sistem ABC adalah sebagai berikut:
- melakukan identifikasi aktivitas utama (cost pools) yang terkait dengan pembuatan produk tertentu.
- mengumpulkan biaya overhead untuk setiap aktivitas (cost pool)
- mengidentifikasi pemicu biaya (cost driver) yang secara akurat mengukur kontribusi setiap aktivitas terhadap produk jadi.
- membebankan biaya overhead pabrik untuk setiap aktivitas ke produk dengan menggunakan pemicu biaya (cost driver).
Manfaat dan keterbatasan sistem ABC
Anda telah mempelajari manfaat utama dari sistem ABC yaitu memberikan informasi biaya produksi yang lebih akurat. Selain sistem ABC juga memberikan manfaat lain sebagai berikut:
- Pengendalian terhadap biaya overhead pabrik dapat ditingkatkan. Banyak biaya overhead pabrik yang terjadi karena adanya aktivitas. Dengan demikian manajer akan lebih menyadari tanggung jawabnya untuk mengendalikan aktivitas mereka yang menyebabkan terjadinya biaya.
- Keputusan manajemen yang lebih baik. Penentuan biaya produksi yang lebih akurat akan memberikan kontribusi terhadap penetapan harga yang dapat mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan. Data biaya juga bermanfaat untuk memutuskan apakah akan menghentikan atau memperluas suatu produk atau akan membuat sendiri atau membeli suatu komponen.
Keterbatasan utama sistem ABC biasanya terletak pada dua faktor. Pertama, biaya untuk memperoleh data biaya yang diperlukan dalam sistem ABC relatif lebih mahal. Data yang diperlukan dalam sistem ABC biasanya tidak dihasilkan dari sistem akuntansi yang ada. Sebagai contoh, misalnya data tentang jumlah persiapan produksi, jumlah inspeksi, pesanan yang ada, dan pesanan yang diterima. Selain itu, sistem ABC juga memerlukan lebih banyak perhitungan di dalam membebankan biaya overhead dibandingkan dengan sistem tradisional.
Kedua, sistem ABC tidak menghilangkan kebijakan dan pembebanan biaya overhead. Sebagai contoh, dalam tarif biaya overhead tradisional, biaya overhead seperti biaya Pajak Bumi dan Bangunan, biaya depresiasi dan biaya asuransi harus dialokasikan ke pusat aktivitas dalam menentukan biaya produk. Dalam sistem ABC pengalokasian biaya-biaya tersebut secara akurat akan menjadi lebih sulit karena bertambahnya jumlah pusat aktivitas. Akibatnya, keakuratan biaya produksi menjadi terpengaruh.
Rangkuman Konsep Akuntansi Manajemen Modern
Perkembangan teknologi informasi memungkinkan penyediaan informasi yang akurat dan segera. Hal ini mengurangi ketidakpastian yang dijadikan dasar sistem biaya tradisional. Karena informasi yang akan datang menjadi lebih pasti, maka dikembangkanlah sistem processing tepat waktu atau dikenal dengan “just in time processing”. Proses produksi yang dulu didasarkan pada sistem dorong (push approach) berubah menjadi sistem tarik (pull approach). Cara ini akan mengurang secara signifikan jumlah persediaan yang ada, sehingga akan menghemat biaya produksi. Selain ini JIT juga dapat memperbaiki keputusan manajemen.
Pada perusahaan yang menghasilkan produk lebih dari satu macam, sering kali saat mengalokasikan biaya overhead dengan tarif tradisional dapat menyebabkan distorsi harga. Biaya produksi untuk produk yang dihasilkan dapat overstated atau understated sehingga dapat mengakibatkan kesalahan di dalam penentuan harga yang akhirnya akan merugikan perusahaan. Untuk mengatasi ini perusahaan dapat menerapkan activity based costing (ABC) yang dapat memberikan
informasi biaya yang lebih akurat dan relevan. Sistem ABC didasarkan pada pemikiran bahwa yang menimbulkan biaya adalah aktivitas atau kegiatan. Oleh sebab itu, alokasi biaya overhead pabrik harus didasarkan pada aktivitas. Produk yang memakai aktivitas yang banyak harus memperoleh alokasi yang lebih banyak dibandingkan pada produk yang menggunakan aktivitas lebih sedikit. Sistem ABC juga menyadarkan para manajer bahwa menyebabkan biaya adalah aktivitas, bukan produk. Sistem ABC dapat diterapkan baik pada perusahaan yang memakai sistem biaya pesanan maupun sistem biaya proses.
Sumber
Sugiarto. 2021. Pengantar Akuntansi. Penerbit Universitas Terbuka: Tanggerang Selatan
Konsep Akuntansi Manajemen Modern Konsep Akuntansi Manajemen Modern Konsep Akuntansi Manajemen Modern Konsep Akuntansi Manajemen Modern