PERAN UANG DALAM PEREKONOMIAN
PERAN UANG DALAM PEREKONOMIAN
Daftar Isi
Peran uang dalam perekonomian dapat kita ibaratkan seperti darah yang mengalir dalam tubuh kita.
Uang adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai alat tukar yang diterima umum. Dalam perekonomian modern, mengabaikan peranan uang adalah suatu keniscayaan.
Peran uang dalam perekonomian merupakan prasarana vital, dan bahkan ada beberapa pandangan bahwa uang dianggap sebagai darahnya perekonomian. Tidak mungkin membicarakan perkembangan ekonomi suatu daerah atau suatu negara tanpa memasukkan besaran uang. Saat ini uang bahkan mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi bentuk, fungsi, maupun peranan dalam perekonomian.
Baca Juga: Peran Pemerintah dalam Perekonomian
Jika tidak ada uang maka sistem pertukaran dalam perekonomian dilakukan dengan barter. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana peran uang dalam perekonomian, kita perlu membandingkan antara sistem ekonomi barter dengan sistem ekonomi uang.
Dalam sistem perekonomian tanpa uang, penduduk berusaha memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Jika kebutuhan manusia untuk hidup adalah pangan, sandang, dan papan (rumah), maka setiap individu harus memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhannya tersebut, yang berarti harus bisa menyediakan makan sendiri, menyediakan pakaian sendiri, maupun menyediakan tempat tinggal sendiri. Apabila seorang individu tidak mau (tidak mampu) menyediakan semua kebutuhannya sendiri, maka dia harus melakukan kerja sama dengan individu lain yang dilakukan dengan tukar menukar atau barter.
Dalam sistem barter, meskipun antar individu sudah bisa saling bertukar, namun ada beberapa kendala yang cukup signifikan. Beberapa ilustrasi berikut akan memberi gambaran bagaimana kendala barter:
Ilustrasi I
Tuan A memproduksi padi (beras). produksinya cukup banyak sehingga dia merasa akan hidup makmur pada musim itu. Tuan A juga membutuhkan pakaian, namun dia tidak membuatnya karena waktu dan tenaganya habis untuk memproduksi padi. Untuk itu dia menukarkan padinya pada Tuan B yang kebetulan menghasilkan pakaian dan membutuhkan padi (beras). Mereka bertukar (barter), dan semua bahagia.
Ilustrasi II
Tuan C menghasilkan kayu yang bisa untuk rumah. Hasilnya cukup banyak, sehingga dia merasa akan hidup makmur. Dia tidak menghasilkan pangan, karena dia memang tidak bisa bertani ataupun berburu, padahal dia sangat membutuhkan pangan. Untuk itu dia ingin menukarkan kayunya dengan beras pada Tuan A. Namun sayangnya Tuan A tidak butuh kayu, sehingga dia tidak mau melepaskan berasnya. Setelah negosiasi, akhirnya Tuan A mau memberikan berasnya asal berasnya ditukar dengan kayu yang banyak. Akibatnya Tuan C tidak jadi makmur, karena hanya ditukar beras sedikit. Tuan C tidak bahagia, Tuan A pun juga tidak bahagia karena kayunya membuat sesak.
Ilustrasi III
Nn D, seorang wanita cantik, pandai menyanyi (bisanya hanya menyanyi). Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dia menghibur orang dengan nyanyiannya, dan ditukar dengan apa yang dimiliki orang tersebut. Suatu ketika nyanyiannya sangat disukai, sehingga dia mendapat bayaran buah- buahan yang cukup banyak. Namun sayangnya dia tidak mampu menghabiskan buah-buah tersebut dalam waktu singkat. Untuk itu buah- buah itu justru dijadikan makanan hewan. Nona D sebetulnya merasa sayang sekali, karena besuk ketika dia membutuhkan buah itu, barangnya tidak ada lagi. Nona D tidak bahagia.
Dari ilustrasi tersebut kita dapat menarik beberapa kelemahan dari barter, antara lain:
- Sangat sulit untuk menemukan partner barter yang pas, dalam arti satu pihak membutuhkan apa yang ditawarkan pihak lain, demikian pula sebaliknya. Dalam ilustrasi I Tuan A secara kebetulan ketemu dengan Tuan B yang membutuhkan apa yang ditawarkan Tuan A, dan Tuan B menawarkan apa yang dibutuhkan Tuan A. Dalam kehidupan yang kompleks tentu sangat sulit untuk menemukan kebetulan-kebetulan yang demikian.
- Dalam barter sangat sulit untuk menentukan standar pertukaran (“harga”). Dari ilustrasi II, jika seandainya Tuan C ketemu pihak lain yang sedang membutuhkan kayunya dan mempunyai beras yang ingin ditukarkan dengan kayu, maka tentu kayu Tuan C akan ditukar dengan beras yang lebih banyak. Dengan barter tidak ada standar perbandingan antara kayu dengan beras.
- Dengan barter menjadikan pertukaran tidak praktis. Dalam ilustrasi III Nn. D begitu kesulitan mengelola penghasilannya sehingga “income” nya dibuang.
Dari sulitnya barter tersebut, maka dibutuhkan suatu media yang disepakati sebagai media tukar atau alat tukar, yaitu uang.
Evolusi dan Perkembangan Uang
Ketika masyarakat merasa membutuhkan media pertukaran dalam transaksi, maka kemudian mereka menyepakati sesuatu dijadikan uang. Pada awalnya suatu komoditas tertentu disepakati sebagai uang. Bermacam-macam barang pernah menjadi uang, misalnya anggur, minyak zaitun, keping logam, dan bentuk-bentuk lain.
Uang komoditas tersebut nilainya sesuai dengan nilai komoditasnya (nilai intrinsik). Misalnya logam dengan nilai uang 10, maka artinya biaya untuk membuat uang logam (nilai logam) tersebut adalah 10. Seiring berkembangnya waktu, uang komoditas ini juga mengalami perkembangan. Pada abad 19 uang komoditas terbatas secara eksklusif pada logam emas dan perak. Saat sekarang yang mendekati adalah uang koin, namun demikian uang koin saat ini sudah tidak lagi menganut nilai intrinsik.
Selanjutnya, karena ketidakpraktisan uang logam, uang berkembang menjadi uang kertas. Uang kertas merupakan alat tukar yang cukup praktis, mudah dibawa, dan disimpan. Nilai uang kertas ini tidak lagi berdasarkan nilai intrinsiknya, melainkan berdasarkan jaminan hukum. Oleh karena itu tidak sembarang orang ataupun lembaga boleh mencetak uang.
Karena berkembangnya sistem transaksi, muncul bentuk uang yang sebetulnya tidak dicetak sebagai uang. Uang demikian disebut sebagai uang bank. Uang bank adalah alat pembayaran yang tercipta dari proses perbankan, misalnya cek. Salah satu pemicu munculnya uang bank adalah faktor ketidakpraktisan membawa uang tunai apa bila akan melakukan transaksi yang nilainya cukup besar.
Pembayaran uang tunai memiliki risiko ketidakamanan dari tindakan kriminal, dan risiko-risiko ketidakpraktisan lain. Tentu tidak semua transaksi bisa dibayar uang bank, sehingga uang demikian tidak sefleksibel uang kertas. Seiring perkembangan teknologi, uang bank ini selanjutnya berkembang yang salah satunya berbentuk kartu plastik. Dewasa ini berkembang berbagai bentuk kartu plastik yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran, misalnya kartu kredit, kartu debet, ATM, dan kartu-kartu sejenis yang lain.
Fungsi Uang
Dari apa yang sudah dibahas terdahulu, sedikit banyak sudah disinggung peranan dan fungsi uang. Pada umumnya fungsi uang dikelompokkan menjadi 2, yaitu fungsi dasar yang meliputi sebagai media transaksi dan sebagai penyimpan nilai, dan fungsi tambahan yaitu sebagai satuan hitung, alat pembayaran baik saat ini maupun yang akan datang, dan sebagai instrumen untuk spekulasi.
Uang sebagai media transaksi
Fungsi ini merupakan fungsi yang amat penting dari uang. Dari ilustrasi di atas, bila ada uang, maka masyarakat tidak lagi disibukkan untuk mencari partner barter yang pas. Selain itu, dengan adanya uang, maka harga standar dari barang bisa ditentukan sehingga pertukaran bisa semakin dinamis. Dengan pertukaran yang dinamis, masyarakat bisa melakukan spesialisasinya masing-masing, sehingga produksi akan efisien, dan ekonomi semakin berkembang.
Uang sebagai penyimpan nilai
Dari ilustrasi III, seandainya ada uang, maka apa yang dihasilkan Nn D tidak terbuang percuma. Fungsi uang sebagai penyimpan nilai ini menjadikan uang sebagai salah satu bentuk kekayaan. Dengan demikian masyarakat dapat menyimpan apa yang dihasilkan dan mengakumulasikan dalam bentuk uang, yang selanjutnya ditukarkan dengan barang dan jasa pada saat dibutuhkan.
Uang sebagai satuan hitung
Fungsi satuan hitung, menjadikan masyarakat bisa mengukur, membandingkan, ataupun menjumlahkan barang yang wujudnya berbeda. Misalnya bila ingin menjumlahkan kursi, beras, mobil, maka diperlukan satuan hitung yang sama, dan dari berbagai satuan, hanya satuan uang yang cocok untuk semua barang. Fungsi ini sangat membantu dalam penentuan nilai produksi, nilai PDB (produk domestik bruto), nilai anggaran, dan nilai-nilai lain yang menyangkut besaran ekonomi.
Uang sebagai alat pembayaran
Dalam kegiatan perekonomian, perkembangan kebutuhan tidak saja menyangkut kebutuhan produk fisik tetapi juga jasa. Untuk transaksi demikian uang memiliki fungsi alat pembayaran yang baik. Sebagai alat pembayaran, uang dapat digunakan untuk pembayaran saat ini maupun untuk pembayaran yang akan datang, misalnya transaksi kredit.
Uang sebagai instrumen untuk spekulasi
Sebagai salah satu bentuk kekayaan, uang dapat digunakan sebagai instrumen untuk berspekulasi. Dengan semakin berkembangnya pasar keuangan, maka uang dapat diperdagangkan untuk mendapatkan penghasilan.
Komponen Jumlah Uang Beredar
Dari uraian terdahulu, uang mengalami perkembangan bentuk, seiring dengan perkembangan model transaksi. Oleh karena itu komponen jumlah uang beredar tidak terbatas pada uang kertas dan uang logam, namun juga menyangkut bentuk-bentuk uang yang lain. Komponen jumlah uang beredar meliputi:
Uang dalam arti sempit (nerrow money)
Uang dalam arti sempit terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang jenis ini juga disebut sebagai uang kartal, yaitu uang yang diciptakan oleh bank sentral. Uang kartal disebut pula sebagai uang inti. Uang inti ini sering diberi simbul M1
Uang dalam arti luas (broad money)
Uang dalam arti luas, merupakan uang yang muncul karena adanya proses perbankan. Uang ini meliputi giro (demand deposit), tabungan, deposito (time deposit), dan alat pembayaran lain yang mendekati uang (quasi money), sperti kartu kredit. Broad money juga dikenal dengan uang giral. Sebagai media transaksi broad money tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran untuk semua jenis transaksi. Misalnya belanja di warung kecil, tentu tidak bisa menggunakan kartu kredit (broad money) dipakai sebagai alat pembayaran.
Dari berbagai komponen tersebut, maka jumlah uang beredar terdiri dari M1 = uang inti
M2 = M1 + giro
M3 = M2 + tabungan dan deposito M = M3 + uang kuasi
M merupakan jumlah uang beredar.
Contoh, andaikan suatu negara memiliki uang inti sebesar 10 trilyun, sementara itu dari perbankan tercatat ada giro 2 trilyun, tabungan dan deposito 12 trilyun, dan dari perusahaan kartu kredit tercatat nilai kredit yang tercipta adalah 5 trilyun. Dari contoh tersebut, maka jumlah uang beredar
M1 = 10 trilyun M2 = 12 trilyun M3 = 24 trilyun
M = jumlah uang beredar = 29 trilyun
Demikianlah artikel tentang Peran uang dalam perekonomian
Referensi:
Murti Lestari. 2015. Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank. Penerbit Universitas Terbuka: Tanggerang Selatan. Hal 3.1
3 thoughts on “PERAN UANG DALAM PEREKONOMIAN”